Sabtu, Oktober 03, 2009

Menantimu di lampu merah Cijiho

Dua puluh tahun yang lalu, waktu itu aku masih pake baju putih abu dan ada KISAH KASIH YG TAK TERLUPAKAN. Setiap mau brangkat sekolah, aku selalu menunggu teman ku di lampu merah Cijoho, harapannya sih dia belum lewat agar aku bisa nebeng naik motor vespanya sampai ke sekolah, pan slamet tuh uang 100 perak buat ongkos teh bisa pake jaaa..jan. ha..ha..ha.....

Sungguh Dra.. aku slalu merindukan mu dan menunggumu dibawah lampu merah Cijoho kalo pagi, and kalo siang dibawah caringin depan kantor sekolah. Kamu sangat berti bagiku, tapi lebih berarti lagi motor vespamu itu hahaha..( intermezooo....) sory kalu dulu aku sering membuatmu risi dan sebal, tapi sungguh Dra... aku harus menyelamatkan uang buat ongkos itu, demi stabilitas cacing perutku.
sesampainya di sekolah... perasaanku selalu merasa bangga bila datang di bonceng Hendra, aku berharap temen-teman yang melihat akan menganggapku cs nya Hendra dan menganggap aku se kapable dia, yang mana kita semua tau siapa seeehhh..Hendra itu, dia aktivis, atlit, kokay, pinter, dll (pokokna nu alus-alusmah hop..tah..jang manehna kabeh), sementara aku.........(perlu penegasan kembali kriteria aku dulu) bodoh, malas, dabrul, dll (pokokna nu goreng-goreng dedetkeun ka sayah hahah..)

Kalo di sekolah sering aku memergoki pembicaraan para kerumunan cewe-cewe lagi ngerumpiin Hendra (..sok tah cewe-cewenya ngaku aja sekarang, daripada tar aku yang nulis.. mendingan tulis sendiri deh di komentar atau blog yang judulna BLAK BLAKAN kitu..) dan biasanya aku langsung nyampeur, trus aku bilang gini : "heh..pan si Hendra teh cs urang ayeunamah"
baru satu kalimat, sontak itu muka berpaling dariku haha... dan waktu itu aku berasumsi bahwa mereka malu kalau aku mengetahuinya, lantas dengan senyum kemenangan aku pergi dari mereka...... eeehhh... setelah dipikir-pikir sekarang sambil nulis nih sepertinya bukan begitu deh, bukan malu kalau aku mengetahuinya, tapi lebih mendekati kalau "nimbrung aja luh..so' kenal maneh teh" hahaha....
(itulah hikmahnya miss untherstanding, kapinteranna gusti Allhoh yang maha membulak-balikan fakta).

Jika kebetulan aku eling dan bisa menyelesaikan jam pelajaran sampai akhir dan ketika bel terakhir berbunyi segeralah aku pergi ke bawah pohon caringin, disitulah motor vespa Hendra biasa diparkir, dengan berpura-pura ngobrol atau apa saja asal jangan baca buku (aku paling benci membaca buku) menunggu dia pulang dengan harapan aku diajak lagi bareng pulang.

dua jam aku menunggumu Dra.., sungguh penantian yang amat panjang hanya untuk menyelamatkan uang 100 perak biar tidak usah ngongkos naek elf, eeehhh sampean malah rapat osis..kurangajaaaar teh...begitu kejamnya dirimu padaku, tidakkah kau punya sedikit rasa kasihan pada temanmu ini yang sudah kekeringan dibawah tangkal caringin ?. Coba kalau kamu dulu sudah jadi "trainer" dan bisa mengumpulkan uang empat keresek, yang katanya uang tersebut akan diberikan pada pengemis yang pertama kamu jumpai, maka yang pertama kali akan kamu jumpai itu adalah aku,,aku,,aku Dra... mungkin dulu aku benghar yah..?? dikasih uang empat keresek tiap hari hahaha.........................

Aku punya cara untuk berpura-pura bahwa aku tidak membutuhkan Hendra dan tumpangannya, jika aku lihat dia keluar mau pulang biasanya datang dari sebelah barat lewat lapang basket, sedangkan aku sudah menunggu dibawah caringin, sebelum Hendra melihat aku segera balik badan kesebelah timur(nukangan) tapi badanku menempal pada motornya, dan ketika dia sampai dia akan menegur begini :
Hdr :"Vadin maneh can balik ?" (dia selalu memanggilku dengan sebutan itu)
aku terperanjat pura-pura kaget
Ddn:"tacan Dra.. nungguan si Andi euy"
Hdr:"ageh bareng beu" sambutnya sambil nyelah motornya berkali-kali (haha..motor kaluaran jaman belanda tea, can ngesangmah moal kasada siah..)
Alhamdulillaaaaahhh.. akhirnya penantian itu berbuah 100 perak. terima kasih Tuhan, terimakasih Hendra, terima kasih teman-teman yang tidak mengetahui akal-akalan aku juga terimakasih yang setulus-tulusnya kepada kekasihku dulu namanya "VESPA" catanya silver.

Yang penulis ingin sampaikan bahwa Hendra dan Vespa silver akan selalu hidup dalam imajinasi Dadan, dulu, sekarang dan yang akan datang, mereka adalah merupakan bagian dari masa lalu Dadan Satyavadin, walaupun aku tidak dapat memilikinya (vespa) imajinasinya saja sudah lebih dari cukup, penulis menyadari bahwa tanpa mereka, teman-teman, para Guru (kecuali Pa Sanuri haha) penulis tidak akan pernah ada ......................................................................................

Terimakasih HENDRA.

Tulisan selanjutnya ketik disini...

1 komentar:

Mr Ong 22 Mei 2010 pukul 20.21  

waduh ternyata di pengkolan cijoho ada juga cerita yang romantsnya yaaa,,,,,,, baru tau tuhhhh

Posting Komentar

POSTING TERBARU

KOMENTAR TERBARU

  © Free Blogger Templates Blogger Theme by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP