Selasa, Oktober 13, 2009

PUTRIKU AKU



by dansa,:


Nakita piksi d'Satyavadin, itu nama putriku, ia anak pertama dari satu anak, lahir di rumah sakit islam dibantu oleh tiga dokter spesialis, agak susah memang dia keluar, mungkin karena ia belum siap melihat dan menerima ayahnya. Tentu ia dilahirkan oleh ibunya, dan aku yang memberinya nama itu. Arti nama sangatlah penting bagi orang primitif seperti aku, nama itu akan mempengruhi tabiatnya kelak, setidaknya itulah usahaku untuk memperbaiki keturunan. Walaupun aku tahu bahwa jauh sebelum itu di zaman azoikum ketika di bumi belum ada kehidupan, kitab langit yang terbentang telah mencatat garis kehidupan manusia, dari mulai kapan lahirnya, kapan ajalnya, nasib baik, nasib buruk, dan seterusnya telah dicatat secara rinci dari detik per detiknya.
Tidak terkecuali juga aku, biang keladi dari kelahiran anakku, telah ditentukan didalam kitab langit tentang bagaimanakah peruntungan akak-anakku kelak.
Mbah Jambrong, seorang tua bangka ahli nujum yang bongkok dan nadir pernah menerka-nerka nasib anak-anakku kelak, ia merasa dirinya mengetahui nasib seseorang dari penglihatan indra keenamnya, malah ia pernah berujar padaku empat untaian kalimat dengan empat kali tarikan napasnya yang berat. "Anakmu yang pertama akan menjadi kesatria adiluhung panutan bangsa di bumi pertiwi", mungkin jadi Presiden yang dimaksud Mbah Jambrong. namun sungguh sayang, calon persidenku tidak kusengaja hancur bertepatan dengan peringatan dari malaikat langit lewat mimpiku,ini hari pertama aku diwajibkan mendirikan sholat.
Bisikan yang kedua jelas terngiang ditelingaku,"Anakmu yang kedua akan menjadi kesatria hulubalang kerajaan". Panglima TNI maksudnya barangkali. ucapannya tidak logis, karena bentuk negara ini Republik, bukan kerajaan. Sibongkok tua bangka yang tidak hapal presiden kedua republik ini sedang meracau yang katanya presiden kedua republik ini adalah "Sumanto". Sungguh keterlaluan Yahudi yang satu ini. Keberadaan calon Panglima ini sangat menyiksaku sehingga aku harus berjalan terhuyung-huyung karena beliau kian hari kian bertambah kedigdayaannya, tentu saja dengan senang hati aku rela melepas kepergiannya saat aku mandi siang.
Bisikan yang ketiga dia bilang "Anakku yang ketiga akan menjadi Mentri Riset dan Teknologi". Kali ini dia benar menggambarkan urusan tata negara, entah mengutip dari siaran stasiun radio mana ?, aku tidak tahu. Dan bagian yang inipun lenyap entah kemana, aku tak dapat mengingatnya. Bisikan yang terakhir ini yang menghentakan jantungku, "Anakmu yang ke empat akan merepotkanmu", ujarnya.
Nostradamush kulit gelap ini sedang tidak berpihak padaku, tidakkah dia tahu bahwa senjata pamungkasku tinggal satu lagi, anak panah itu yang melindungi aku untuk menjadi pria yang sempurna.
Semar mesem, semar kuncung, semar kudis, semar rorombeheun. Kulemparkan anak panah itu hingga kelangit ketujuh tempan kitab Bagawatgita berada, yang kelak akan dikembalikan dan berubah wujudnya menjadi seorang gadis yang cantik jelita."Nakita Piksi d'Satyavadin" itulah dia yang tadinya anak panah.

ANAKKU MEWARISI SIFATKU
Dari zaman Joyoboyo telah beredar peribahasa yang berbunyi "AIR CUCURAN ATAP JATUHNYA KEPELIMBAHAN JUA", peribahasa itu mengandung arti bahwa sifat-sifat dari orang tua akan diturunkan pada anak-anaknya. peribahasa itu belum terbantahkan dari zaman dahulu kala hingga sekarang. Jadi bagi para orang tua yang bertabiat jelek, maka bersiaplah jika anaknya kelak akan bertabiat yang sama . Namun jangan dulu takut teman.! itukan peribahasa dulu,dimana orang jaman dulu lingkaran tulang tengkorak otaknya tidak sebesar orang yang hidup dizaman modern. zaman dulu orang hidup memanfaatkan alam, sedangkan jaman sekarang orang hidup mensiasati alam.
Jika peribahas dulu "AIR CUCURAN ATAP JATUNYA KE PELIMBAHAN", maka dijaman sekarang "AIR CUCURAN ATAP JATUH KE TALANG DAN DISALURKAN KEMANAPUN KITA INGINKAN",bisa ke kolam, ke solokan, kepenampungan, atau kemana saja.
Artinya sipat-sipat jelek orang tua tidak harus diturunkan pada anaknya. Bisa saja diturunkan ke tetangga, ke kambimg, atau kemana saja.
Teori ku terbuktilah sudah, anakku tidak seperti aku, tetapi ia melebihi daripada aku. Subhannalloh...sungguh kebesaran Tuhan sedang dipertontonkan kasad dihadapanku.Salah satunya terukir dalam kesehari-harian aku.
Suatu ketika aku menyapa anakku yang sedang duduk.
"hai, Neng sedang apa ?"
"Sedang olah raga Pak" jawabnya,aku kembali menegaskan pandanganku, tetapi benar dia sedang duduk, karena heran aku bertanya kembali.
"Loh, sedang duduk kok jawabnya sedang olah raga ?"
"Udah tahu kok nanya" jawab anakku tanpa mimik muka yang berubah. aku tersenyum lebar-lebar, dalam hatiku bangga, anakku calon pengacara yang handal pikirku.
Lalu aku meminta bantuannya untuk membeli rokok diwarung tetangga dengan imbalan uang.
"Neng, tolong belikan bapak rokok ke warung, nanti diberi upah 1.000 rupiah". pintaku.
"Bapak sajalah yang beli rokoknya, nanti dikasih upah sama Neng 2.000 rupiah". jawabnya sembil tetap duduk.Aku tersenyum lebih lebar lagi, pikirku ia kelak akan jadi pengusaha yang handal, profitable dan survival.

Anaku ini tidak pernah setuju dengan kebijakanku untuk memberinya adik kecil, alasannya sederhana saja, bahwa dia takut gagal jadi anak tunggal.
Einstein kecilku ini memang sungguh luar biasa, ia sudah pandai membuat mobil-mobilan dari handphone ku yang baru kubeli dengan kredit, dia sudah bisa membuat pengungkit batu dari raketku merk Hart yang termahal, dia sudah bisa merubah baju menjadi api, ubi menjadi angin.Dia lebih dari mewarisi sipatku.

ARTI NAMA ANAKKU
Lain aku lain pula ibunya, Ia menganggap tabiat anak kami itu sudah kelewatan, kreatifitas dan jiwa inovatif yang kebablasan dari anak kami itu dipandangnya suatu pemborosan. Istriku mengeluh tapi takbisa berbuat apa-apa, ia sudah kehabisan akal untuk membendung kreatifitas Einstein kecilku ini, ia buntu akal untuk menahan pernyataan pedas dari The next Mandela ku ini. Bahkan suatu hari Istriku pernah mengusulkan gagasan yang tidak masuk akal menurutku, "Merubah namanya,! yah..merubah namanya !!". Ibu ini mengenggap nama yang disandang anakku terlalu berat sehingga anaku tidak kuat membawanya, dan akhirnya bertingkah polah yang tidak masuk akal para tetangganya.
Istriku berpendapat bahwa "Nakita Piksi d'Satyavadin" itu nama macam apa ? sama sekali tidak mencerminkan nama seorang Islam yang turun temurun warisan nenekmoyang kami, lagi pula tidaklah pantas dikampung ini ada nama perempuan yang tidak berakhiran "..ah" seperti, Saliah, Mutiah, mardiah, Maemunah, dan lain-lain. Maisaroh sekalipun tetap saja diakhiri dengan konsonan "h".
Kedua kalinya istriku mempertanyakan arti dari nama "Nakita Piksi d'Satyavadin" padaku setelah sekian tahun lamanya. Tentu saja aku sudah lupa alasan itu, tetapi aku berusaha dengan keras mempertahankan dan menerangkan arti dari nama itu sekenanya. Menurutku nama "Nakita" adalah tokoh dari negeri Matahari melek yang dulu sempat jadi penjajah bangsa kita ini, aku berharap kelak anakku dapat memperjuangkan hidup seperti manusia sipit nan pendek itu, dengan Hirohitenya yang merubah etos kerja dan berpikir cepat tanpa kenal menyerah, tapi tidak termasuk Harakirinya loh..!. Lantas apabila kenyataan sekarang anak kita jadi malas?, seperti jauh panggang dari api dengan nama yang disandangnya, tentu bukan salah bunda mengandung tetapi salah aku yang menaruh binatang terkutuk itu.
Alasan nama "d'Satyavadin" adalah arti dari bahasa sansakerta yaitu, "Satya" artinya "berkata" dan "Vadin" (dibaca:wadin) artinya "jujur" yang ditulis dalam huruf valawa.
"'d" naaah.. ini inti dari arti nama anaku," 'd" disitu aku menirukan judul sebuah lagu klasik karya komponis orang Prancis yang namanya aku sudah lupa kawan !,seperti "d'Amor", "Marissa d' Luisha",instrumentnya sangat mendayu-dayu dan bisa meninabobokan. Itu artinya, anakku kelak dapat membahagiakan suami yang dicintainya. Tentang daerah asal "'d" tersebut dari prancis ? tentu semua orang tahu bagaimana dengan kisspranch itu, yang dapat melumpuhkan Adolp Hitler, Napoleon Bonapartte, Napoleon Bocasha, mereka adalah Dazal-dazal abad perang dunia ke II yang bertekuk lutut dibawah ketiak istrinya, bak anjing udik yang dituding majikannya, menggelepar-gelepar takmampu mengagahkan mukanya sambil mengibas-ibaskan ekornya pertanda ketaklukannya. Itulah harapan pada anakku kelak, seorang istri yang tak akan mampuh dilupakan suaminya. itulah sebabnya ibu-ibu yang badannya to mutch (saya tidak mengatakan gemuk loh..!, itu menyinggung perasaan ibu-ibu) untuk bersahabat dengan pil Yasmin, agar badan jadi ramping dan suami jadi nempel terus sehingga anda akan sulit untuk chatting.
Tentang alasan pemberian nama "Pikisi" !, Piksi...?? ya Piksi sajah !!, tidak pakai alasan.
Aku menerangkan kepada istriku panjang lebar, dan istriku diam saja tidak memperjuangkan gagasannya, mungkin karena dia malas melihat mulutku yang sudah berbuih-buih menerangkan, ibarat deterjen yang dituang di air tempayan.

AKU MENGUTUKI DIRIKU
Semburan warna diangkasa yang dilatari deburan troposfer mengukir langit, indah, lugas, jujur dan menakjubkan. Orang udik berkerumun membuang waktu yang tak mereka pahami untuk berbuat apalagi sore ini.
Adzan magrib berkumandang dilolongkan billal kepercayaan kampung kami, indah meresap hingga sampai sumsum tulang belakan, merambat kedalam hati tempat bercokolnya sang penggoda ulung "Om Iblis" laknattullah yang telah bermetamofosis menjadi darah yang mengalir disekujur tubuh manusia,suara adzan menyiramkan iar penawar demi menyadarkan umat Islam untuk mengingat hari setelah kematian kelak.
Orang-orang udik bergegas pergi ke surau untuk menunaikan shalat berjamaah dan mengaji, yang kelak akan jadi pegangan di akhirat dalam melintasi titian serambut dibelah tujuh, yang dibawahnya kobaran api neraka menyala-nyala.
Hingga selepas sholat isya di surau aku pulang kerumah, kudapati Istri dan anakku telah tertidur pulas. Aku duduk dikursi didekat mereka tertidur, sambil mengusap-usap kopeyah hitamku yang telah lusuh dan berlubang, kutancapkan pandanganku pada mereka, mataku nanar berkaca-kaca dan pandangan kosong jauh menerawang keawan dilangit ketujuh, dimana kitab kehidupan kami disimpan dalam genggaman sang penguasa jagat.
Takhenti-hentinya aku mengutuki diriku yang naif ini, dia bidadari-bidadariku (yang satu kecil, dan yang satunya lagi besar) telah menjadi korban kebodohanku. Dia ada karena aku terlampau berani menorehkan tinta pada kitab kehidupan di alam Lohmahpud dahulu, aku yang bersalah tapi mengapa pula kalian yang menanggungnya.
Anakku mewarisi sifat buruk dariku tanpa dia fahami, itu bukan salahmu Nak ! itu salahku. Istriku yang terlampau lelah mengurusi anak dan rumahtangga hingga badanya terasa remuk-redam, itu juga bukan salahmu sayang. Itu salahku, yang engkau pikul padahal tidak kau fahami.
Ya Alloh ya robbul'ijatti, janganlah engkau bebankan pada mereka atas dosa-dosaku dan kebodohanku yang padahal mereka tidak harus menanggungnya, bahagiakanlah mereka dunia dan akhirat, bimbinglah mereka kejalan yang enkau rid'oi, ammiiiinn.
Sampai larut malam aku terus mengutuki diriku, dan tak bosan-bosan aku terus mendo'akan bidadari-bidadariku hingga tak terasa lagi hari telah menjelang subuh.

Tamat.

1 komentar:

teti,  14 Oktober 2009 pukul 06.21  

ieu pasti nyeratna bari berlinang air mata memandangi istri dan anak tercinta..sapeupeuting. berharap yang terbaik untuk anak dan keluarga, tidak perlu ada yang disalahkan dan menyalahkan. semua sudah ada yang menentukan kita hanya menjalankan dan berusaha memilih jalan yang benar yang akan mengantarkan kita ke kehidupan yang diridhoi. semoga Nakita bisa menjadi anak yang soleh dan membanggakan orang tua.. dan yang jelas ga kayak bapaknya ya... he he pis ah

Posting Komentar

POSTING TERBARU

KOMENTAR TERBARU

  © Free Blogger Templates Blogger Theme by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP